Minggu, 29 Mei 2016

dr Sabar Panggabean Sp.B


BERSAMA WARGA: dr Sabar Panggabean Sp.B (kiri) bakal calon Bupati Dairi  duduk bersama warga saat menghadiri prosesi adat pemakaman almarhum dr Lauhanta Nababan di Panji Bako Sitinjo Kabupaten Dairi, Jumat (27/5/2016). 

Harga Ikan Nila Segera Naik


(Analisa/sarifuddin siregar) NAIK: Poltak Purba dan istri Tiodora Oppu Sunggu pedagang ikan nila membersihkan barang dagangan guna memenuhi permintaan konsumen di Pasar Sidikalang Kabupaten Dairi. Harga segera naik menyusul keterbatasan pasokan, Jumat (27/5).


Sidikalang, (Analisa). Harga ikan nila dan ikan emas dipastikan segera naik. Hal tersebut disebabkan keterbatasan pasokan menyusul kematian ratusan ton piaraan di keramba jaring apung (KJA) di Desa Silalahi 1,2 dan 3 serta Paropo dan Paropo 1 Kecamatan Sila­hisabungan, pekan ini.
Demikian disampaikan Pol­tak Purba (50) pedagang ikan segar di Blok C Pasar Induk Sidikalang, Jumat (27/5). Di­dampingi istri Tiodora boru Oppu Sunggu, Poltak me­nerangkan, Senin minggu depan, pasokan sangat minim. Itu sesuai penjelasan toke. Umumnya, semua pesanan ikan nila dan emas didatangkan dari Silahisa­bungan. Mulai pusing juga dari mana mendapat orderan.
Per kilo dibeli Rp26.000 lalu dijual Rp28.000. Sehari-hari, Poltak mengecer sebanyak 120 kilo untuk pengusaha restoran. Lompatan harga diprediksi bakal tinggi mengingat produsen utama se Sumut yakni Haranggaol Kabupaten Simalungun sudah dilanda musibah ikan mati lebih awal. Otomatis, persediaan ukuran panen menipis sedang proses pertumbuhan membutuhkan waktu 5 atau 6 bulan.
Diterangkan, permintaan konsumen relatif normal. Tak ada ketakutan atau kekhawatiran masyarakat membeli kedua ikan itu. Warga sangat memahami, bahwa kasus ikan mati diakibatkan kekurangan ogsigen di dalam air. Kalau penyebabnya virus, tentu mengkhawatirkan. Semua disantap dan nyaman sampai di perut.
“Justru, yang paling pusing adalah, bagaimana meme­nuhi permintaan pengusaha dan masyarakat. Senin depan, pasokan menipis,” kata Tiodora. Seorang pengecer mengaku boru Silalahi menerangkan, tidak ada penurunan minat belanja sebagai dampak kasus ikan mati ratusan ton nila di Silalahi. Biasa-biasa saja. Dirinya menjual rata-rata 20 kilo per hari.
Sebagaimana disiarkan, musibah ikan mati di KJA Silahisabungan memusnahkan sekitar 400 ton kurun waktu 4 hari. Ada petani menyebut, muncul bau belerang namun petani lainnya mengatakan bau dimaksud tidak ada. Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Pertanian Kabupaten Dairi , Lamhot Silalahi mengatakan, kemungkinan, kandungan ogsigen di dalam air di bawah ambang batas.
Leonard Samosir anggota DPRD Sumut meminta Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan dan Kelautan serta berbagai pihak terkait segera melakukan penelitian demi kesinambungan bisnis masyarakat. Awalnya 1820 ton punah di Haranggaol, sekarang bergeser ke Silahisabungan. (ssr)


Disalin dari Harian Analisa edisi  Senin, 30 Mei 2016 

Sabar Panggabean Bakal Calon Bupati Dairi

Sidikalang, (Analisa). dr Sabar Panggabean Sp.B (59) tenaga medis di Rumah Sakit Umum Sidikalang menyatakan berobsesi menjadi Bupati Dairi. Sehubungan itu, dia telah mempersiapkan diri memasuki panggung bakal calon bupati pada pilkada 2018 mendatang.
Pada kontestasi tahun 2013, saya memang beriniat bertarung. Tetapi, inong (ibu-red) boru Tobing melarang sembari memberi na­sehat, kata Sabar ditemui saat prosesi adat almarhum dr Lauhanta Nababan di Panji Bako Desa Sitinjo 2 Kecamatan Sitinjo, Jumat (27/5). Ketika itu, inong berpesan, selesaikan dulu tugas negara. Rampungkan dulu tanggung jawab pengabdian.
Menurut Sabar, beban tersebut segera berakhir. Masa kerja sebagai PNS tinggal 1 tahun lagi. 2017 pensiun. Dengan demikian, dia telah memenuhi perintah bunda serta rela meninggalkan ibukota demi kampung halaman. Pria nan akrab dengan semua ka­langan ini mengatakan, terpanggil.
“Ada panggilan moral dan nurani guna membawa kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik” kata dia. Saat ini, daerah otonom ini memang telah berkembang. Tetapi capaian masih bisa didongkrak lagi. Semua potensi perlu dikolaborasi. Dian­taranya, keberadaan kalangan intelektual di tanah rantau merupakan modal penting. Politisi, pengusaha, birokrat dan teknokrat hingga diplomat, semua dimiliki. Di sisi lain, kekayaan sumber daya alam cukup berlimpah. Apapun bisa dibikin sepanjang sinergisme diwujudkan.
Sabar mengaku kagum kala menengok lahan pertanian jeruk manis seorang pasien di Dolok Tolong Kecamatan Sumbul begitu jagur. Kalau tidak salah, nama pemilik ada­lah ibu Ati. Kalau produksi sudah dimiliki, bukankah hal itu merupakan syarat meng­gapai kemakmuran? Karenanya jaringan ke semua lini perlu dibuka.
Diterangkan, dirinya pernah menjadi relawan Yayasan Budha Tsu Chi ke Taiwan. Pola cinta kasih lembaga dimaksud perlu diteladani. Berbagai rasa serta merasa ber­saudara adalah kunci memajukan rakyat.
Pun begitu, dia mengaku, hanya mengan­tongi sedikit uang. Cita-cita perlu ditancap­kan. Biarlah Tuhan menggenapi. Saya ber­niat, terserah masyarakat, kata dia.
Beberapa pegawai di RSU menyatakan, Sabar memiliki nilai jual tinggi di mata masyarakat. Nilai sosialnya jatuih di atas rata-rata. Komunikasi dengan pasien selalu dibuka. Sebagian tunjangan sering disisih­kan kepada bidan dan perawat.
Anggota DPRD, Markus WS Purba me­ngatakan, Sabar adalah tipe humanis dan sederhana serta berperikemanusiaan. Jam berapa ditelepon pasien, pasti datang. Bah­kan, ke rumah juga dilayani. Dia yakin, ber­bagai komunitas termasuk rohaniawan akan menyampaikan dukungan. Sabar be­nar-benar mengakar. (ssr)


Disalin dari Harian Analisa edisi Senin, 30 Mei 2016 

Sabtu, 28 Mei 2016

400 Ton Ikan nila dan mas mati mendadak di Desa Silalahi-Paropo

MATI: Sejumlah ikan nila  mati mengapung di KJA di Danau Toba di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, Sumut, Kamis (26/5). Kabarnya, kepunahan mencapai  400 ton kurun waktu 4 hari

Kabel Listrik Molor di Silalahi

MOLOR: Pengendara  melintas di dekat  kabel listrik molor memanjang di gerbang masuk Danau Toba di Desa Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, Sumut,  Kamis (26/5/2016)
).

Jumat, 27 Mei 2016

Kabel Listrik Molor

Sidikalang, (Analisa). Kabel listrik berukuran besar molor hingga setinggi bahu orang dewasa di Desa Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, Kamis (26/5).
Lokasi berjarak beberapa meter dari tugu ikan mas pintu masuk menuju objek wisata Danau Toba. Pengendara dan pejalan kaki tampak harus hati-hati menghindar kemungkinan sentuhan arus bertegangan tinggi.
Lobel Silaholo penduduk Desa Tanjung Beringin Ke­camatan Sumbul menyebut, agak takut ketika lewat. Dia berusaha mengelak agar atap mobil tidak tergesek kabel.
Hal senada disampaikan Tulus Tarihoran dan Parulian Nainggolan pengendara sepeda motor asal Sidikalang. Ke­duanya berharap, PT PLN segera turun tangan membenahi gangguan. Bagi masyarakat awam, kondisi sedemikian menimbulkan kecemasan. Apa­lagi, bentangan memanjang di atas permukaan jalan. (ssr)

Dicopi dari Harian Analisa edisi Sabtu, 28 Mei 2016

BLH Diminta Teliti Kasus Ikan Mati

Sidikalang, (Analisa). Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut diminta me­lakukan penelitian terkait kematian ikan nila dan mas di Danau Toba Desa Silalahi-Paropo Kecamatan Silahisa­bungan Kabupaten Dairi.
Anggota Komisi D DPRD Sumut dapil Kabupaten Dairi, Karo dan Pakpak Bharat, Kamis (26/5) mengatakan, kedua institusi perlu bergerak cepat mengingat keberadaan keramba jaring apung (KJA) merupakan sumber mata pencaharian masyarakat.
Kabarnya, ikan mati men­capai 400 ton. Rakyat butuh penjelasan dan pen­cerahan. Ini juga sangat penting menjamin keterbukaan pasar.
Di Haranggaol Kabupaten Sima­lu­ngun, kata Leonard, penyebabnya sudah jelas, yakni akibat kandungan ogsigen di dalam air berada di bawah ambang batas. Sepertinya, ada fenomena bahwa agribisnis tersebut diterpa musibah.
Tempo beberapa pekan kemudian, derita mendera petani Silalahi-Paropo. Kalau faktor penyebab adalah krisis og­si­gen, seyogianya dilakukan penyu­luhan tentang teknik budidaya yang benar.
Menurutnya, penelitian harus dilaku­kan secara menye­luruh di 7 kabupaten. Pembu­angan limbah perumahan hotel dan restoran ke Danau Toba dipastikan memberi dampak negatif.
Begitu juga ekses aplikasi pakan secara berlebihan. Mung­kin saja pakan tak terkonsumsi berubah jadi racun. Se­yo­gianya, perusahaan pakan menu­runkan tim ahli untuk mendampingi petani. Bukan cenderung orientasi un­tung semata. Dosis anjuran perlu dikontrol.
Leonard menambahkan, se­ge­ra menjadwal kunjungan kerja guna mendengar langsung aspi­rasi masya­rakat.
Anggota DPRD Kabupaten Dairi, Rukyatno Nainggolan menyebut, antar lem­baga terkait perlu segera berkoor­dinasi diikuti aksi nyata. Penelitian mendesak dilaksanakan. Semua ke­mungkinan bisa muncul.
Bahkan, faktor keracunan makanan perlu dikaji. Jangan-jangan, ada toksin. Bersamaan itu, masyarakat perlu membuka diri memberi penjelasan seka­ligus berbagi pengalaman.
Dia mengusul, perlu gerakan makan bersama kalau memang ikan hidup masih layak kon­sumsi. Ini penting memberi kepastian kepada konsumen.
Hal tak kalah penting, kata dia, zonasi atau pengaturan lokasi perlu disosia­lisasikan serta dipertegas. Jangan semua tepi pantai justru dibiarkan jadi KJA. Penduduk setempat akan terkena dam­pak mengingat air mandi dan cuci masih diandalkan dari Danau Toba. Sungguh ironis bila kaum kapitalis dibiarkan bermain mendompleng penduduk.
Dewan mendorong, pemerintah memprioritaskan warga lokal sebagai penggiat KJA. Artinya, bisnis tersebut murni usaha rakyat. (ssr)


Dicopi dari Harian Analisa edisi Sabtu, 28 Mei 2016