Jumat, 27 Mei 2016

BLH Diminta Teliti Kasus Ikan Mati

Sidikalang, (Analisa). Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut diminta me­lakukan penelitian terkait kematian ikan nila dan mas di Danau Toba Desa Silalahi-Paropo Kecamatan Silahisa­bungan Kabupaten Dairi.
Anggota Komisi D DPRD Sumut dapil Kabupaten Dairi, Karo dan Pakpak Bharat, Kamis (26/5) mengatakan, kedua institusi perlu bergerak cepat mengingat keberadaan keramba jaring apung (KJA) merupakan sumber mata pencaharian masyarakat.
Kabarnya, ikan mati men­capai 400 ton. Rakyat butuh penjelasan dan pen­cerahan. Ini juga sangat penting menjamin keterbukaan pasar.
Di Haranggaol Kabupaten Sima­lu­ngun, kata Leonard, penyebabnya sudah jelas, yakni akibat kandungan ogsigen di dalam air berada di bawah ambang batas. Sepertinya, ada fenomena bahwa agribisnis tersebut diterpa musibah.
Tempo beberapa pekan kemudian, derita mendera petani Silalahi-Paropo. Kalau faktor penyebab adalah krisis og­si­gen, seyogianya dilakukan penyu­luhan tentang teknik budidaya yang benar.
Menurutnya, penelitian harus dilaku­kan secara menye­luruh di 7 kabupaten. Pembu­angan limbah perumahan hotel dan restoran ke Danau Toba dipastikan memberi dampak negatif.
Begitu juga ekses aplikasi pakan secara berlebihan. Mung­kin saja pakan tak terkonsumsi berubah jadi racun. Se­yo­gianya, perusahaan pakan menu­runkan tim ahli untuk mendampingi petani. Bukan cenderung orientasi un­tung semata. Dosis anjuran perlu dikontrol.
Leonard menambahkan, se­ge­ra menjadwal kunjungan kerja guna mendengar langsung aspi­rasi masya­rakat.
Anggota DPRD Kabupaten Dairi, Rukyatno Nainggolan menyebut, antar lem­baga terkait perlu segera berkoor­dinasi diikuti aksi nyata. Penelitian mendesak dilaksanakan. Semua ke­mungkinan bisa muncul.
Bahkan, faktor keracunan makanan perlu dikaji. Jangan-jangan, ada toksin. Bersamaan itu, masyarakat perlu membuka diri memberi penjelasan seka­ligus berbagi pengalaman.
Dia mengusul, perlu gerakan makan bersama kalau memang ikan hidup masih layak kon­sumsi. Ini penting memberi kepastian kepada konsumen.
Hal tak kalah penting, kata dia, zonasi atau pengaturan lokasi perlu disosia­lisasikan serta dipertegas. Jangan semua tepi pantai justru dibiarkan jadi KJA. Penduduk setempat akan terkena dam­pak mengingat air mandi dan cuci masih diandalkan dari Danau Toba. Sungguh ironis bila kaum kapitalis dibiarkan bermain mendompleng penduduk.
Dewan mendorong, pemerintah memprioritaskan warga lokal sebagai penggiat KJA. Artinya, bisnis tersebut murni usaha rakyat. (ssr)


Dicopi dari Harian Analisa edisi Sabtu, 28 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar