Minggu, 29 Mei 2016

Sabar Panggabean Bakal Calon Bupati Dairi

Sidikalang, (Analisa). dr Sabar Panggabean Sp.B (59) tenaga medis di Rumah Sakit Umum Sidikalang menyatakan berobsesi menjadi Bupati Dairi. Sehubungan itu, dia telah mempersiapkan diri memasuki panggung bakal calon bupati pada pilkada 2018 mendatang.
Pada kontestasi tahun 2013, saya memang beriniat bertarung. Tetapi, inong (ibu-red) boru Tobing melarang sembari memberi na­sehat, kata Sabar ditemui saat prosesi adat almarhum dr Lauhanta Nababan di Panji Bako Desa Sitinjo 2 Kecamatan Sitinjo, Jumat (27/5). Ketika itu, inong berpesan, selesaikan dulu tugas negara. Rampungkan dulu tanggung jawab pengabdian.
Menurut Sabar, beban tersebut segera berakhir. Masa kerja sebagai PNS tinggal 1 tahun lagi. 2017 pensiun. Dengan demikian, dia telah memenuhi perintah bunda serta rela meninggalkan ibukota demi kampung halaman. Pria nan akrab dengan semua ka­langan ini mengatakan, terpanggil.
“Ada panggilan moral dan nurani guna membawa kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik” kata dia. Saat ini, daerah otonom ini memang telah berkembang. Tetapi capaian masih bisa didongkrak lagi. Semua potensi perlu dikolaborasi. Dian­taranya, keberadaan kalangan intelektual di tanah rantau merupakan modal penting. Politisi, pengusaha, birokrat dan teknokrat hingga diplomat, semua dimiliki. Di sisi lain, kekayaan sumber daya alam cukup berlimpah. Apapun bisa dibikin sepanjang sinergisme diwujudkan.
Sabar mengaku kagum kala menengok lahan pertanian jeruk manis seorang pasien di Dolok Tolong Kecamatan Sumbul begitu jagur. Kalau tidak salah, nama pemilik ada­lah ibu Ati. Kalau produksi sudah dimiliki, bukankah hal itu merupakan syarat meng­gapai kemakmuran? Karenanya jaringan ke semua lini perlu dibuka.
Diterangkan, dirinya pernah menjadi relawan Yayasan Budha Tsu Chi ke Taiwan. Pola cinta kasih lembaga dimaksud perlu diteladani. Berbagai rasa serta merasa ber­saudara adalah kunci memajukan rakyat.
Pun begitu, dia mengaku, hanya mengan­tongi sedikit uang. Cita-cita perlu ditancap­kan. Biarlah Tuhan menggenapi. Saya ber­niat, terserah masyarakat, kata dia.
Beberapa pegawai di RSU menyatakan, Sabar memiliki nilai jual tinggi di mata masyarakat. Nilai sosialnya jatuih di atas rata-rata. Komunikasi dengan pasien selalu dibuka. Sebagian tunjangan sering disisih­kan kepada bidan dan perawat.
Anggota DPRD, Markus WS Purba me­ngatakan, Sabar adalah tipe humanis dan sederhana serta berperikemanusiaan. Jam berapa ditelepon pasien, pasti datang. Bah­kan, ke rumah juga dilayani. Dia yakin, ber­bagai komunitas termasuk rohaniawan akan menyampaikan dukungan. Sabar be­nar-benar mengakar. (ssr)


Disalin dari Harian Analisa edisi Senin, 30 Mei 2016 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar